PENGERTIAN ZUHUD DAN WARA' (BAGIAN 1)
بِسْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن واله
Ikhwan dan akhwat
yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
Kita masuk dalam bab
yang baru dalam Kitābul Jāmi' dari Kitab Bulūghul Marām yaitu "Bāb
Az-Zuhd wal Wara' (Bab yang menjelaskan tentang zuhud dan wara')"
Sesungguhnya kalimat
zuhud dan wara' adalah 2 kalimat yang sering digandengkan, akan tetapi 2
kalimat ini memiliki perbedaan.
■ ZUHUD
Zuhud diambil dari
kalimat:
زَهِدَ - يَزْهُدُ - زَهَادَةً
Yang artinya
menunjukkan makna "sedikit".
Zahīd (زَهِيْدٌ) maknanya:
شَيْءٌ قَلِيْلٌ
"Sesuatu yang
sedikit."
Oleh karenanya dalam
ayat, tatkala Allãh menyebutkan kisah tentang Nabi Yūsuf 'alayhissalām yang dijual sebagai budak;
وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ
"Dan mereka
membeli Yūsuf 'alayhissalām
sebagai budak dengan harga yang sedikit."
(QS Yūsuf: 20)
Oleh karenanya, yang
namanya zuhud secara bahasa artinya "sedikit".
■ WARA'
Al wara' diambil
dari kalimat:
وَرِعَ - يَرِعُ - وَرَعًا
Wari'a (وَرِعَ) menunjukkan pada makna:
كَفَّ عَنْ
"Menahan diri."
Oleh karenanya
sebagian ulama membedakan antara zuhud dan wara', kata mereka bahwasanya:
◆ Zuhud
Yaitu menganggap
sedikit suatu perkara yang SUDAH DIMILIKI.
Dia sudah
mendapatkan barang tersebut, namun dia tidak pandang & menganggap itu
kecil.
Inilah yang disebut
dengan zuhud sejati, yaitu:
✓Seseorang memiliki
harta yang sudah ada di tangannya, namun dia memandang itu sedikit (tidak
memandang itu sangat bernilai), dia tidak tertarik dengan dunia tersebut, yang
dia tertarik adalah akhirat.
Oleh karenanya dia
zuhud terhadap dunia yang dia miliki.
◆ Wara'
Yaitu dia menahan
diri untuk tidak meraih, SEBELUM dia pegang barang tersebut.
⇒ Artinya ada
sesuatu (mungkin urusan dunia atau perkara yang meragukan) dia tinggalkan
sebelum berada di tangannya.
Sebagaimana Nabi
shallallāhu 'alayhi wa sallam, tatkala mendapati ada
kurma kemudian Beliau tidak jadi memakan kurma tersebut, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam khawatir kurma tersebut adalah kurma
shadaqah.
Dan kita tahu, Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam dilarang untuk makan dari sedekah, Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam menerima hadiah dan menolak sedekah.
Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam tidak mengambil kurma tersebut.
Kenapa ? Karena
Beliau wara' (menahan diri).
Oleh karenanya
tatkala Sufyan Ats Tsauriy rahimahullāh Ta'āla pernah ditanya: "Siapakah orang yang
zuhud?"
Maka Sufyan Ats
Tsauriy berkata: "Az-Zāhid, 'Umar bin 'Abdul 'Azīz."
⇒ Orang yang
zuhud adalah yang namanya 'Umar bin 'Abdul 'Azīz.
Kenapa ?
Karena 'Umar bin
'Abdul 'Azīz seorang raja & gubernur mulia di
Madinah dan telah memiliki dunia (harta seluruhnya sudah di tangannya) tetapi dia
zuhud (tidak memandang harta tersebut).
Dia menjadikan harta
(seluruh kekayaan) yang dia miliki sebagai sarana untuk akhirat.
Jadi dia:
✓Raghbah fil ākhirāt (semangat untuk akhirat).
✓Raghbah 'anid
dunya (tidak semangat dengan dunia yang dia miliki).
Ini baru yang
disebut dengan zuhud yang sejati.
Bukanlah orang yang
zuhud itu yang tidak punya apa-apa kemudian dia mengaku zuhud.
Ini dia memang tidak
bisa, dia belum teruji (belum terbukti).
Kenapa?
Karena memang dia
tidak bisa (tidak berkesempatan) memiliki apa-apa.
Maka orang ini bisa
dikatakan "zuhud terpaksa", berbeda dengan "zuhud pilihan".
Kalau 'Umar bin
'Abdul 'Azīz rahimahullāh
Ta'āla adalah zuhud pilihan.
⇒ Kalau dia mau
kaya (hidup bermewah mewah), dia mampu.
Akan tetapi ia tinggalkan
itu semua karena dia zuhud, tidak terlalu tertarik dengan dunia.
Semua dunia tidak
ada di hatinya melainkan dijadikan sarana untuk meraih akhirat.
Karena kita dapati
sebagian orang mencela, misalnya:
"Kenapa si
Fulan itu hidupnya seperti itu?"
Dia belum merasakan,
dia merasa dirinya zuhud padahal dia belum teruji.
Dia hanya zuhud
terpaksa karena dia tidak memiliki uang untuk memiliki harta benda tersebut.
Kapan dikatakan dia
sebagai zuhud yang sejati ?
⑴ Kalau dia sudah
diberi kemampuan untuk menguasai/meraih/mendapatkan dunia namun dia tidak
melakukan itu.
Atau,
⑵ Dunia sudah ada
di tangannya namun dijadikan dunia tersebut sebagai sarana untuk akhirat.
Maka itulah zuhud
yang sejati.
Adapun wara' yaitu
kita BELUM MEMILIKI sesuatu di hadapan kita.
Jadi, sesuatu mau
kita terjang, mau kita lakukan atau tidak, kita ragu...
"Jangan-jangan
termasuk yang syubhat."
"Jangan-jangan
termasuk perkara yang haram."
...Maka
ditinggalkan.
⇒ Itulah yang
disebut dengan wara'.
Ini diantara perbedaan
antara zuhud dan wara' yang disebutkan oleh sebagian ulama.
والله أعلم بالصواب
___________
🌍
BimbinganIslam.com
Rabu, 14 Jumādal Akhir 1437H / 23 Maret 2016M
👤 Ustadz
Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Az-Zuhd wa Al-Wara'
🔊
Pendahuluan | Pengertian Zuhud Dan Wara' (Bagian 1)
Download Audio:
bit.ly/BiAS03-FA-Bab03-H00-1
➖➖➖➖➖
📦Donasi
Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri
Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek :
7103000507
| A.N : YPWA
Bimbingan Islam
| Konfirmasi
Transfer : +628-222-333-4004
📮Saran
Dan Kritik
Untuk pengembangan
dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com